China Hentikan Hubungan Importir Produk Taiwan – Panasnya kondisi ekonomi dan politik di negara China berimbas pada pasar ekspor – impor. Diketahui bahwa sejak beberapa tahun terakhir Taiwan selalu menjadi pemasok produk – produk makanan terbesar yang kerap beroperasi di China. Akan tetapi baru – baru ini pemerintah setempat menghentikan kegiatan tersebut lantaran kurang memberikan nilai devisa yang cukup signifikan.
Seperti yang dilaporkan Suara, Selasa (160822), Kuai Kuai telah menjadi makanan favorit warga China sejak beberapa abad silam. Keripik jagung khas Taiwan itu harus terhenti secara paksa menyusul ketibaan Ketua DPR Amerika Serikat Nancy Pelosi di Taipei, China pekan lalu.
Tidak hanya itu saja, beberapa produk lain yang dihentikan oleh pemerintah adalah kumbucha, mie instan, kecap, kue nanas, permen, jeruk hingga ikan beku.
Kondisi tersebut menarik perhatian perusahaan berita terbesar di Taiwan, Central News Agency. Baginya, larangan tersebut cukup merugikan pemasok antar negara yang selama ini terbilang cukup aman. Masalah tersebut tak lain berkat campur tangan aliansi luar yang ingin menghasut dan menguasai pangsa pasar di China.
Ironisnya, ada satu produk asal Taiwan yang masih bisa beroperasi di China terutama Beijing yang tak lain adalah “Microchip” khusus komputerisasi.
Perlakuan yang Tegas
Proses penghapusan importir dari Taiwan ini bukan yang pertama kali dilakukan China. Tercatat bahwa awal Maret tahun lalu, pemerintah China melarang pemasok nanas lantaran mengandung organisme yang dianggap beracun dan berbahaya bagi para konsumen maupun sektor pertanian.
Beberapa bulan kemudian, China pun melakukan tindakan yang cukup tegas untuk menyudahi proses kerja sama importir terhadap buah apel dan gula dengan alasan serupa. Akan tetapi mereka melakukan hal tersebut atas dasar jaminan keamanan terhadap warga setempat.
Pekan lalu, Departemen Perekonomian Taiwan membuat pernyataan bahwa alasan importir tersebut tak lain disebabkan karena tidak adanya label yang bertuliskan buatan asli Taiwan dan China.
Selebihnya pihak pabean China pun menegaskan kalau seluruh produk impor tersebut masih mengandung penyebaran virus corona setelah melakukan serangkaian tes lab. Selain itu, kandungan buah yang mereka dapatkan juga berbahan kimia tinggi yang memungkinkan terjadinya wabah baru terhadap masyarakat sekitar.
Akan tetapi mereka tidak menjelaskan secara detail alasan penghapusan impor Kuai Kuai. Namun beberapa hal menyebutkan bahwa makanan tersebut sedikit banyak tercampur dengan penularan COVID-19 baik secara langsung maupun tidak.
Pengacara salah satu produsen makanan di Taiwan menerangkan terhadap awak media bahwa mereka tidak percaya mengapa China berani mengambil keputusan tersebut. Padahal tahun – tahun sebelumnya baik sebelum hingga sesudah kasus coronavirus importir tersebut masih berjalan aman.
Ekonom National Taiwan University, Professor Elliot Fan mengatakan Taiwan tidak layak untuk dijatuhkan sanksi apa pun. Sebab perlakuan China tak jauh beda dari pada tindakan simbolis.
“Jelas ini bukan kali pertama kami menghadapi masalah yang sama. Saya rasa hal itu merupakan permainan para petinggi pemerintah,” kata Fan.
“Jika melihat jumlah eksportir sebelumnya, Taiwan terlalu berjasa besar terhadap China. Akan tetapi Beijing tidak mengakui terbitan produk semikonduktor yang hingga kini memberikan keuntungan besar terhadap negara,” tuturnya.
Manfaatkan Kondisi Pasar Teknologi
Tak sedikit pihak yang bertanya – tanya mengapa China harus menghentikan proses ekspor – impor terhadap makanan dan pertanian Taiwan. Akan tetapi mereka meluruskan salah satu industri terbaik di Taiwan.
Kabarnya, China tengah memanfaatkan kondisi pasar teknologi yang kini berada di pusat Bahkandi, Taiwan yaitu Semiconductor Manufacturing Company (TSMC).
Ini merupakan salah satu perusahaan teknologi ternama dan terbesar di Taiwan yang sempat mendapatkan kunjungan bermotif politik Nancy Pelosi.
Bagi warga Taiwan, TSMC merupakan salah satu perusahan yang sakral lantaran mampu memberikan perlindungan terhadap status perekonomian dan keamanan bagi penduduk setempat.
Menariknya, TSMC memiliki nilai pasar yang begitu fantastis yang mencapai USD 540 Miliar. Selebihnya TSMC sukses menembus 10 besar sebagai perusahaan terbesar dunia dalam ranah teknologi setelah Advanced Micro Devices (AMD), Intel dan Apple.
TSMC semakin berkembang pesat di China setelah sebelumnya mereka memanfaatkan sektor pasar teknologi dengan memasarkan Bitmain, Horizon Robotics, OPPO dan Xiaomi.
Peneliti sekaligus orang kepercayaan Institut Pertahanan Keamanan dan Nasional di China Su Zih-Yun menuturkan kalau China telah bertindak secara tegas dan tidak berhak untuk menggugat bidang perekonomian dari pihak luar.
“Dalam kasus ini, China berharap banyak pada dunia teknologi Taiwan,” ucap Zih-Yun.
“Ini bukan merupakan persaingan yang bebas. Tapi TSMC akan kunci utama china untuk memajukan negara,” imbuhnya.
China Membentuk Penjagaan Ketat Terhadap TSMC
Untuk menghindari kisruh politik antar negara yang berpotensi merugikan, China tengah membentuk penjagaan super ketat terhadap TSMC. Diketahui bahwa mereka akan menempatkan pasukan militer di wilayah Taiwan untuk meminimalisir kunjungan Nancy Pelosi.
Kondisi tersebut juga diluruskan oleh Menteri Luar Negeri Taiwan, Jopseh Wu untuk menjaga wilayah perbatasan seraya mengantisipasi adanya invasi tak terduga.
Lantas China membuat kebijakan untuk tetap melakukan kekerasan terhadap sejumlah provokator kekuatan luar yang berupaya untuk memasuki garis merah.
Melihat kebijakan tersebut, keadaan ekonomi dan politik Taiwan merasa diuntungkan lantaran masih bisa menembus pasokan ekspor secara aman. Selebihnya mereka bisa meningkatkan devisa negara untuk menstabilkan panasnya persaingan kebutuhan pangan seperti yang terjadi di negara Asia baru – baru ini.
“Invasi China boleh jadi merusak nama baik pemerintahan dan perusahaan TSMC,” kata Mark Liu selaku Direktur Eksekutif TSMC.
“Tapi tak ada pihak yang berani mengambil alih kekuasaan TSMC dengan cara atau paksaan apa pun,” tutup Liu.